Kajati NTT : Di Pengasingan Sukarno Lawan Kolonial

ADHYAKSAdigital.com –Proklamator Bung Karno pernah menjalani pengasingan di Ende, Nusa Tenggara Timur. Walaupun berada dalam pengasingan, Bung Karno teguh dalam perjuangannya, melawan kolonial dan memerdekakan Republik Indonesia.
Demikian Kepala Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Timur, Zet Tadung Allo dalam kunjungannya ke situs perjuangan Bung Karno di Rumah Pengasingan Ende, Flores, NTT, 17 September 2024.
Kunjungan Kajati NTT ke situs ini bukan hanya untuk mengenang jasa-jasa Ir. Soekarno, tetapi juga sebagai simbol penghargaan atas nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan yang lahir dari Ende.
‘Rumah pengasingan ini menjadi tempat bersejarah di mana Bapak Proklamator Republik Indonesia, Ir. Soekarno, merenungkan konsep Pancasila yang kelak menjadi dasar negara Indonesia,” ujar Kajati NTT, Zet Tadung Allo.
Kajati NTT mengajak semua jajarannya harus bangga dengan sejarah yang dimiliki oleh NTT, khususnya Ende, yang telah memberikan kontribusi besar bagi lahirnya ide-ide besar Ir. Soekarno.
“Kunjungan ini adalah wujud komitmen kita untuk terus menjaga dan merawat nilai-nilai kebangsaan serta memperkuat rasa nasionalisme di tengah-tengah masyarakat.” Pesan Kajati NTT, Zet Tadung Allo.
Lebih lanjut, Kajati NTT juga menekankan pentingnya merawat situs-situs bersejarah seperti Rumah Pengasingan Ir. Soekarno agar generasi muda dapat terus belajar dan memahami sejarah perjuangan bangsa. Ia berharap, kunjungan ini dapat meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya menjaga warisan budaya dan sejarah bangsa.
Pada kesempatan tersebut, Kajati NTT didampingi oleh Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara, Jaja Raharja, S.H., M.H., Asisten Pidana Militer, Sutarto Wilson, S.H., M.H., serta sejumlah pejabat lainnya. Mereka mengelilingi dan menyimak penjelasan mengenai sejarah dan artefak yang ada di Rumah Pengasingan tersebut.
Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya Kejaksaan Tinggi NTT dalam mendekatkan diri kepada masyarakat, sekaligus menunjukkan peran aktif Kejaksaan dalam menjaga warisan budaya dan sejarah di wilayah Nusa Tenggara Timur. (Felix Sidabutar)




