Nasional

Yok! Kenali Sosok Andrie Setiawan, Jaksa Berdarah Campuran Tionghoa

ADHYAKSAdigital.com –Hari ini, 10 November 2023, adalah Peringatan Hari Pahlawan. Setiap tanggal 10 November dikenang sebagai penghormatan terhadap Pahlawan dalan melawan penjajahan.

Korps Adhyaksa di seluruh pelosok negeri hari ini juga ikut merayakan Peringatan Hari Pahlawan. Sebagai lembaga negara bidang hukum, insan Adhyaksa menyadari begitu besarnya pengorbanan para Pahlawan dalam menggagas dan membentuk Institusi Kejaksaan RI.

Kejaksaan RI kini berusia 78 tahun. Pegawai dan jaksa seharusnya bangga lembaga negara bidang hukum ini mampu bertahan dan terus mengabdi dalam pelayanan dan penegakan hukum terhadap warga negara dan bangsa.
Di era moderen dan digitalisasi, Kejaksaan RI terus berbenah. Jaksa dan pegawainya dituntut untuk membekali diri keilmuan, wawasan dan pengetahuan agar mampu berdaptasi atas dinamika pelayanan dan penegakan hukum yang terus bergerak. Kejaksaan RI membutuhkan pegawai dan jaksa profesional, berintegritas dan berhati nurani.

Kini, Kejaksaan RI mampu bertengger di atas sebagai lembaga negara yang mampu meraih kepercayan publik atas pelayanan dan penegakan hukumnya terhadap masyarakat pencari keadilan.

Kepercayaan Publik meningkat terhadap kinerja pelayanan dan penegakan hukum Kejaksaan RI selama ini dinilai buah dari sentralnya peran Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung.

Sosok Andrie Wahyu Setiawan adalah salah seorang insan Adhyaksa yang turut berperan dalam menciptakan, menjaga, mengawal dan merawat marwah Kejaksaan. Serta membantu Kejaksaan lebih dipercaya masyarakat.

Sebagai Kepala Sub Bidang Kehumasan Bidang Hubungan Media dan Kehumasan Pusat Penerangan Hukum, jaksa berdarah campuran Tionghoa ini dengan totalitas mendedikasikan waktu, tenaga dan pikirannya untuk mewujudkan Kejaksaan Hebat dan Humanis.

Bersama Kapuspenkum Kejagung, Ketut Sumedana, pria gempal ini selalu terlibat dalam setiap urusan kehumasan Kejagung. Dia kerap mendampingi Ketut Sumedana dalam kegiatan-kegiatan temu pers dengan para jurnalis.
Andrie Wahyu Setiawan juga terlibat dalam pembuatan sejumlah film pendek atau video dokumenter Kejagung yang berisi sosialiasi dan kampanye terkait pelayanan dan penegakan hukum Kejaksaan. Bahkan dia salah satu pemeran dalam sejumlah film pendek dan video dukementer Kejagung.

Kala ditemui di Gedung Kejagung, di Jakarta, pekan lalu, kepada CEO ADHYAKSAdigital, Felix Sidabutar, jaksa yang lahir dari seorang ibu berdarah Tionghoa ini mengaku bangga bisa mengabdi sebagai Aparat Penegak Hukum Kejaksaan RI.

“Pada sebagian warga keturunan Tionghoa, menjadi seorang ASN Kejaksaan RI adalah sebuah kebanggaan. Pasalnya, umumnya dominan menjadi pengusaha ataupun karyawan swasta,” tutur Andrie mengenang awal-awal dirinya memberanikan diri mendaftar penerimaan CPNS Kejaksaan RI tahun 2003 lalu.
Seusai menamatkan perkuliahaan dari Universitas Bhayangkara, Jakarta, Andrie gamang hendak melakoni pekerjaan apa kelak untuk masa depannya. Dengan keteguhan hati dan optimis, pria yang fasih berbahasa Mandarin ini melangkah pasti mengajukan lamaran CPNS di lingkungan Kejaksaan RI.

Keberuntungan berpihak kepadanya, Andrie diterima sebagai CPNS Kejaksaan RI pada tahun 2003 lalu. “Saya memilih jalan sebagai jaksa karena saat kuliah dulu saya bercita-cita ingin menegakkan hukum,” kenang Andrie Wahyu Setiawan.

Kini, Andrie dikenal sebagai APH Kejaksaan RI. Karirnya di Kejaksaan diawali sebagai CPNS tahun 2003, kemudian PPJ tahun 2005. Dia sudah malang melintang mengemban amanah berbagai jabatan di Kejaksaan RI.

“Ketekunan, kejujuran dan doa orang tua menjadi modal besar saat saya putuskan sebagai aparat penegak hukum. Oleh karenanya, bermimpi saja tidak cukup. Jika punya mimpi sebaiknya juga diimbangi dengan kerja keras, kegigihan dan konsistensi,” ucapnya.

Andrie mampu menjalani pekerjaan sebagai APH Kejaksaan RI dengan penuh tanggung jawab dan profesional. Institusi Kejaksaan RI kerap melibatkan Andrie dalam program-program peningkatan kapasitas SDM pegawai dan jaksa Kejaksaan RI.

“Ada kebanggaan, saya kerap dilibatkan institusi dalam menjalin kerjasama beasiswa belajar Bahasa Mandarin bagi jaksa Kejagung di universitas terkemuka di RRC, Tingkok,” akunya.
Mantan aktivis kampus ini mengaku bangga atas capaian perjalanan hidupnya, diiringi dengan karir yang baik dan keluarga bahagia yang selalu mendukung.

Dia mengaku tetaplah seorang manusia ciptaan Tuhan yang tau diri, selalu ucap syukur dan peduli terhadap sesama. “Ucap syukur dan selalu rendah hati sudah menjadi prinsip hidup yang sedari kecil ditanamkan oleh orang tua. Penuh ramah, peduli lingkungan sosial dan penyayang keluarga,” tuturnya.
Pemilik nama Tionghoa Liu Wan Fu ini mengutarakan Public Trust Kejaksaan RI saat ini tidak dipungkiri berkat dukungan semua elemen masyarakat.

“Peran media begitu besar dalam memberitakan setiap kegiatan maupun program kerja Kejaksaan. Era keterbukaan informasi publik, Kejaksaan berupaya untuk selalu transparan, khususnya dalam penegakan hukum,” katanya.
“Peran media begitu besar dalam memberitakan setiap kegiatan maupun program kerja Kejaksaan. Era keterbukaan informasi publik, Kejaksaan berupaya untuk selalu transparan, khususnya dalam penegakan hukum,” kata pengagum Jenderal Guan Yu ini.
(Felix Sidabutar)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button