NasionalTokoh

Syaifullah, Arek Surabaya Yang Ceburkan Diri Sebagai Jaksa

ADHYAKSAdigital.com –Surabaya adalah kota yang memiliki catatan sejarah yang berisi pejuang-pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga mendapat predikat Kota Pahlawan, yang dikenang kini warga Surabaya itu disebut sebagai Arek Surabaya. Kota Surabaya saat ini dikenal sebagai salah satu Kota Metropolitan dengan masyarakatnya yang harmonis,solid dan memiliki budaya gotong royong dan toleransi.

Di sudut Kota Surabaya terdapat keluarga pasangan almarhum Haji Mustadiran dan almarhumah Hajah Mariyani. Pasangan mendiang suami istri ini memiliki 8 (delapan) buah hati mereka, salah satunya adalah Syaifullah. Syaifullah merupakan anak bungsu pasangan Mustadiran dan Mariyani.
Syaifullah sebagai anak bungsu merasakan betul kasih sayang kedua orang tuanya, termasuk juga dari 7 (tujuh) saudara-saudarinya yang lainnya. Masa kecil Syaifullah begitu dimanja oleh orang tua dan kakak-kakaknya. Ada kesan, si bungsu ini sangat di manja, umumnya untuk perlakuan khusus bagi seorang anak bungsu.

Masa kecil Syaifullah dilalui dengan keceriaan, canda tawa, kebersamaan dalam satu keluarga yang harmonis. Orang tuanya memperhatikan betul pendidikan anak-anaknya, termasuk untuk anak bungsunya Syaifullah. Syaifullah mampu melalui masa kecil dan remajanya di Kota Surabaya dengan pendidikan yang memadai.
Pada masa remajanya, Syaifullah harus kehilangan kedua orang tuanya. Pada saat dirinya duduk di bangku SMA Kelas 1, sang ibunda Hajjah Mariyani dipanggil Sang Khalik, menyusul saat dirinya duduk di Kelas 2 SMA , ayahanda Haji Mustadiran juga dipanggil Sang Khalik Allah SWT.

Masa kanak-kanak Syaifullah memang masa penuh impian. Beragam cita-cita terbersit saat itu, mulai bercita-cita jadi Ulama, Presiden, Aparat Hukum, Polisi, Tentara, Jaksa, Hakim, Pengacara, Menteri, Politisi, Pengusaha, Artis, Pilot, Astronot dan beragam profesi lainnya.
Sebagai anak dari keluarga suku Bugis di Kota Surabaya saat itu, sang bocah menyaksikan beragam profesi dalam pertumbuhan masa kanak-kanaknya hingga dewasa. Budaya Bugis dominan hinggap dalam dirinya,termasuk kehidupan religi dalam lingkungan keluarga, bahkan beragam profesi kerap ditemuinya di lingkungan keluarga.

“Sepeninggalan kedua orang tua, saya dihadapkan kondisi yang menuntut untuk anak yang tahu diri, anak yatim piatu, saya harus mampu mewujudkan cita-cita dengan belajar tekun. Saya ditempah sebagai sosok pemuda yang mandiri dan mampu membanggakan nama besar keluarga,” tuturnya.
Seiring waktu proses pertumbuhan dan pengalaman semasa sekolah hingga meraih gelar sarjana, Syaifullah yang saat itu seorang pria gagah dengan gelar sarjana hukum melekat di belakang namanya justru memilih sebagai aparat penegak hukum, yakni Jaksa.

Seusai menamatkan perkuliahaan dari Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah, Syaifullah gamang hendak melakoni pekerjaan apa kelak untuk masa depannya. Dengan keteguhan hati dan optimis, Syaifullah melangkah pasti mengajukan lamaran CPNS di lingkungan Kejaksaan RI.
Keberuntungan berpihak kepadanya, Syaifullah diterima sebagai CPNS Kejaksaan RI pada tahun 2001 lalu. “Saya memilih jalan sebagai jaksa karena saat kuliah dulu saya bercita-cita ingin menegakkan hukum. Kini saya menceburkan diri sebagai aparat penegak hukum,” aku suami dari Dokter Kustiah ini.

Berawal dari dunia kampus aktif berorganisasi, Syaifullah muda mengaku peduli terhadap diskriminasi dalam penegakan hukum. Dia terlibat dalam beberapa pendampingan bantuan hukum masyarakat bersama teman-temannya semasa kuliah. “Pemuda sebaiknya punya keberanian lebih untuk menentukan pilihan hidup, dan tidak sekadar mengikuti arus, tetapi mencoba melihat dengan cara berbeda, dan mengasah kepekaan diri demi kesetaraan,” ujarnya.
Saat penempatan pertama sebagai CPNS Kejaksaan RI tugas di Kota Poso yang saat itu daerah konflik, Syaifullah mengaku bersyukur mampu melaluinya dan bangga pernah bertugas di daerah konflik sehingga membentuk dirinya sebagai aparat penegak hukum yang profesional,berintegritas dan berhati nurani.

Kini, Syaifullah diberi amanah sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Aceh Tenggara di Kutacane sejak Juni Tahun 2022 lalu. Sebagai pemimpin di lingungan kerja, Arek Surabaya ini menanamkan disiplin dan integritas bagi seluruh pegawai dan jaksa di Kejari Aceh Tenggara.
“Siapa pun pegawai dan jaksa tanpa memandang status sosial dan jabatannya saya selalu bersikap ramah dan menganyomi. Saya perlakukan sama dan tegas agar melakoni pekerjaan di masing-masing bidang, agar mengedepankan pelayanan hukum kepada masyarakat demi tegaknya hukum di wilayah hukum Kejari Aceh Tenggara,” tegas Syaifullah.

Pria kelahiran Surabaya 19 Desember 1975 lalu ini menuturkan sebagai seorang jaksa dituntut untuk terus membekali diri dengan keilmuan dan pengalaman. Beragam tindak pidana ada ditengah kehidupan masyarakat seiring era moderen saat ini, jaksa juga dituntut untuk terus berbenah, profesional dan berintegritas.
“Ketekunan, kejujuran dan doa orang tua menjadi modal besar saat saya putuskan sebagai aparat penegak hukum. Oleh karenanya, bermimpi saja tidak cukup. Jika punya mimpi sebaiknya juga diimbangi dengan kerja keras kegigihan dan konsistensi,” ucap alumni pasca sarjana Universitas Airlangga Surabaya ini.

Bahkan kini pergesaran penegakan hukum Kejaksaan lebih mengedepankan hati nurani. Penegakan hukum keadilan restoratif kini sungguh-sungguh dirasakan masyarakat. ” Ini menandakan penegakan hukum Kejaksaan dekat dengan masyarakat guna terwujudnya keadilan, solidaritas dan harmonisasi dalam kehidupan masyarakat,” ujarnya.

Menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Aceh Tenggara saat ini, Syaifullah mengaku dengan seluruh hati dan pikirannya dengan totalitas memberikan sumbangsih positif bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara dan masyarakat setempat.

Kejaksaan kini peroleh “Public Trust”, bagi mantan Kordinator Kejati Sulawesi tengah ini menjadi beban moral agar Public Trust itu tetap terawat. Sebagai mantan staf jaksa di Kejaksaan Agung di Jakarta, bapak pemilik 4(empat) anak ini mengakui besarnya peran media dalam menyiarkan kinerja positif Kejaksaan selama ini.

“Amanah sebagai Kajari Aceh Tenggara harus saya jaga dan saya semaksimal mungkin memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Aceh Tenggara dan pemerintah setempat. Saya mengedepankan silaturahmi dan koordinasi dengan seluruh elemen masyarakat dan pemerintah setempat. Ini semua kita lakukan agar Kejari Aceh Tenggara bermanfaat dan dekat dengan masyarakat,” tegas Syaifullah SH.MH. (Felix Sidabutar)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button