Gaya Hidup

IDAI : Jangan Sembarangan Minum Obat dan Setop Obat Sirup

ADHYAKSAdigital.com –Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberikan beberapa imbauan terkait gagal ginjal akut terkait paracetamol. Imbauan ini diberikan untuk tenaga kesehatan dan masyarakat terkait kasus gagal ginjal akut misterius atau sekarang disebut gangguan ginjal akut progresif atipikal.

Bagi tenaga kesehatan dan rumah sakit :

1. Tenaga kesehatan menghentikan sementara peresepan obat sirup yang diduga terkontaminasi etilen glikol atau dietilen glikol sesuai hasil investigasi Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

2. Bila memerlukan obat sirup khusus, misalnya obat anti epilepsi atau lainnya, yang tidak dapat diganti sediaan lain harap konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau konsultan anak.

3. Jika diperlukan, tenaga kesehatan dapat meresepkan obat pengganti yang tidak terdapat dalam daftar dugaan obat terkontaminasi atau dengan jenis sediaan lain seperti suppositoria (obat yang dimasukkan ke dalam anus) atau dapat mengganti dengan obat puyer dalam bentuk tunggal (monoterapi).

4. Peresepan obat puyer tunggal hanya boleh dilakukan oleh dokter dengan memperhatikan dosis berdasarkan berat badan, kebersihan pembuatan dan tata cara pemberian.

5. Tenaga kesehatan diimbau untuk melakukan pemantauan secara ketat terhadap tanda awal Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA) ini baik dirawat inap maupun dirawat jalan.

6. Rumah sakit meningkatkan kewaspadaan deteksi dini Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA) dan secara kolaboratif mempersiapkan penanganan kasusnya.

Bagi masyarakat :

1. Masyarakat untuk sementara waktu agar tidak membeli obat bebas tanpa rekomendasi tenaga kesehatan sampai didapatkan hasil investigasi menyeluruh oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

2. Masyarakat hendaknya tetap tenang dan waspada terhadap gejala Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA) ini seperti berkurangnya atau tidak adanya buang air kecil (BAK) secara mendadak.

3. Sebaiknya mengurangi aktivitas anak-anak khususnya balita, yang menyebabkan terpapar risiko infeksi seperti dalam kerumunan, ruang tertutup, tidak menggunakan masker, dan lain-lain.

Kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal telah dipantau sejak Agustus 2022. Menurut Piprim, puncak kasus terjadi pada September 2022 dengan 76 kasus terlapor.

Per Selasa (18/10), total ada sebanyak 192 anak terkena gangguan ginjal akut progresif atipikal dan 49 anak meninggal. Kasus kematian tertinggi berasal dari DKI Jakarta dengan 25 kasus, kemudian 11 kasus di Bali, 7 kasus di Sumatera Utara dan 5 kasus di DI Yogyakarta.

Pelaksana tugas Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes Yanti Herman berkata Kemenkes masih belum memiliki detail dan sebaran kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal.

“Data detail ada di IDAI yang memang memitigasi langsung kepada anggotanya ya, karena ini masih dalam penelitian penyakitnya,” katanya.(MaxTamba/cnn/int)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button