Varian dan Subvarian Baru Virus Corona terus Muncul, Apa Penyebabnya?
ADHYAKSAdigital.com –Sejak muncul pada akhir 2019 lalu dan resmi dinyatakan sebagai pandemi, berbagai varian virus corona penyebab Covid-19 terus bermunculan.
Varian yang paling membekas dalam benak masyarakat Indonesia adalah Delta, yang menyebabkan banyak korban meninggal dunia dan Omicron yang disebut menular lebih cepat.
Teranyar, muncul juga subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang diprediksi bisa membuat lonjakan kasus Covid-19 pada pertengahan Juli mendatang.
Dokter dari Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Adria Rusli mengatakan, varian-varian tersebut muncul karena sifat virus yang memiliki keinginan untuk bertahan hidup. Virus-virus ini mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan, terutama dengan manusia sebagai inangnya.
“Makanya muncul varian dan subvarian baru. Ini juga karena tingkah manusia dan keadaan lingkungan,” kata Adria dalam acara podcast Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), Senin (13/6).
Hal yang senada juga diungkapkan oleh dokter dan Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril. Dia mengungkapkan virus bermutasi lantaran kebutuhannya sebagai mahluk hidup.
“Mutasi itu biasa karena ini sifat alami dari mahluk hidup,” ucapnya saat Siaran Kesehatan Radio Kesehatan Kemenkes RI, Senin (13/6).
Manusia memang memberi pengaruh paling besar berkaitan dengan kemunculan varian-varian baru dari SARS-CoV-2. Sifat virus yang tidak bisa hidup tanpa inang ini akan terus menyesuaikan diri sesuai kondisi dari manusia yang dihinggapi.
Jika manusia hidup seenaknya, seperti hanya mendapatkan satu dosis vaksin atau minum obat tidak sesuai anjuran, maka antibodi yang terbentuk jadi tidak sempurna. Kondisi ini membuat virus sangat mudah bermutasi di dalam tubuh.
Selain itu, vaksinasi yang dilakukan juga memengaruhi kemunculan subvarian baru ini, meski secara tidak langsung. Bukan membuat varian baru muncul, namun vaksinasi membuat virus yang berkembang semakin lemah.
“Jadi tidak, bukan berarti vaksinasi bikin banyak virus, bukan. Yang benar adalah meskipun muncul varian baru, tapi semakin lemah. Manusia yang tertular pun biasanya gejala ringan saja atau tidak ada gejala sama sekali karena sudah vaksin,” kata dia.
Adria mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan dan mengikuti semua anjuran dokter. Utamanya, bagi mereka yang pernah atau sedang terpapar virus.
Betapa tidak, perilaku manusia sangat berpengaruh terhadap perkembangan virus di dalam tubuh. Misalnya, saat pasien tidak menghabiskan obat yang diresepkan dokter.
“Karena kalau obat ini tidak dihabiskan, ya, virus akan tahu, oh ini bisa dilawan. Atau vaksinasi tidak lengkap, hanya satu dosis saja, tidak sempurna pertahanan dirinya. Harus diikuti semua anjuran dan aturan yang berlaku,” kata dia.(MaxTamba/cnnindonesia)