Tempe dan Tahu Lenyap dari Pasar , Perajin mogok produksi
ADHYAKSAdigital.com — Tempe dan tahu kini hilang di pasar rakyat. Hal ini terjadi lantaran para perajin tempe dan tahu mogok produksi akibat harga jual kacang kedelai melambung tinggi sejak awal tahun ini.
Pendi (47), salah seorang pedagang di Pasar Jaya Sumur Batu, Jakarta Pusat, mengaku para perajin tempe dan tahu melakukan mogok produksi secara masal hingga Rabu (23/2).
“Tiga hari ini tempe tahu perajinnya enggak ada yang produksi karena harga kedelai naik. Mogok ini jadi cara ke perajin bilang ke konsumen kalau harga sedang mahal,” ujar Pendi
Ia mengaku harga kedelai saat ini telah mencapai Rp1,2 juta per kuintal. Padahal, biasanya harga satu kuintal kacang kedelai hanya dihargai Rp850 ribu hingga Rp900 ribu. Akibatnya, ongkos produksi dan harga jual tempe tahu naik hingga 100 persen.
“Satu tempe sekarang jadi Rp10 ribu. Tahu tergantung ukuran, ada ketengan Rp2.000, ada juga yang Rp500 per buah gitu. Naiknya jadi 100 persen,” kata Pendi.
Menurutnya, aksi mogok perajin tahu tempe bukan baru kali ini terjadi. Sejak berjualan pada 2004 hingga saat ini, setidaknya sudah terjadi 4 kali mogok produksi karena harga kedelai yang melonjak tajam.
Lebih lanjut, ia mengatakan perajin tahu tempe akan kembali produksi mulai Kamis (24/2) dengan harga jual menyesuaikan harga kedelai dan ongkos produksi.
“Kamis mulai bakal dilakukan penyesuaian harga biar seimbang gitu antara ongkos produksi sama penjualannya,” ujarnya.
Dari enam pedagang tempe tahu di Pasar Sumur Batu, hanya Pendi yang masih tetap berjualan. Tetapi Pendi kini menjajakan daun pisang, lontong, dan bumbu serbaguna. “Kalau enggak dagang, dapur enggak ngebul,” katanya.
Sementara itu Hariyati (48) seorang pedagang di Pasar Pedongkelan, Jakarta Utara, mengaku masih ada konsumen yang mencari tempe dan tahu.
“Dulu pernah kejadian kayak gini juga. Ada juga yang nanya sih kemana tempe tahunya. Saya bilang aja ‘enggak produksi’,” katanya.
Sebelum mogok produksi, ia mengaku harga tempe tahu masih berada di harga yang wajar yakni Rp5.000 untuk tempe dan Rp500 untuk satu buah tahu.
Erna (36), pedagang bumbu sekaligus konsumen tempe tahu, merasa kesulitan dengan hilangnya makanan wong cilik tersebut di pasaran. “Di rumah itu kesusahan, apalagi tempe tahu makanan masyarakat menengah ke bawah, malah jadi mahal,” katanya.
Hal senada juga diakui Lina (60) yang kini harus memutar otak untuk mencari bahan pangan terjangkau lainnya untuk dikonsumsi.
“Sekarang enggak ada yang jualan, katanya udah dari kemarin enggak ada tempe tahu karena enggak produksi,” katanya sambil berharap bisa bertemu lagi dengan tempe dan tahu pada Kamis mendatang.
Sumber : internet